Lorong Estimasiku

Jumat, 17 Oktober 2008

Kekuasaan dan Kewibawaan

KEKUASAAN

• Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2002)
• Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti, 1992)
• Kekuasaan merupakan alat untuk mempengaruhi (R. Beirsted);
• Kekuasaan sebagai suatu produksi dari akibat yang diinginkan (Russel);
• Kekuasaan adalah kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi perilaku (Amitai Etziomi)

• Kekuasaan tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang baik atau yang buruk. Kekuasaan mempunyai sifat yang netral, sehingga dalam menilai baik atau buruknya harus dilihat pada penggunaannya bagi keperluan masyarakat.
• Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar dan rumit susunannya.
• Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan perkataan lain, antatra pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dari pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa.
• Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya.
• Bedanya antara kekuasaan dan wewenang (authority atau legalized power) ialah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang pada seseorang atau sekelompok orang, yang mendapat pengakuan masyarakat.
• Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
• Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat dinamakan pula kedaulatan (soverignity) yang biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Oleh Gaetano Mosca disebut the rulling class.
• Unsur-unsur pokok kekuasaan :
o Rasa takut
o Rasa cinta
o Kepercayaan
o Pemujaan
• Cara-cara atau usaha untuk mempertahankan kekuasaan :
o Meninggalkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
o Mengadakan sistem-sistem kepercayaan
o Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
o Mengadakan konsolidasi secara horizontal dan vertikal
• Untuk memperkuat kedudukan, penguasa dapat menempuh jalan sebagai berikut :
o Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu
o Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat yang dilakukan dengan paksa dan kekerasan.
• Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Pernyataan ini didasari dengan banyaknya calon-calon penguasa yang sangat idealis namun pada saat telah berada dalam kedudukannya sebagai penguasa cenderung mengikuti sistem yang ada, yaitu korup.
• Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman. Dapat diartikan bajwa hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaannya, sebaliknya kekuasaan itu sendiri ditentukan batas-batasnya oleh hukum.
• Kekuasaan adalah fenomena yang aneka ragam bentuknya (polyform) dan banyak macam sumbernya. Hanya inti atau hakikat kekuasaan dalam pelbagai bentuk itu tetap sama, yaitu kemampuan seseorang atau suatu pihak untuk memaksakan kehendaknya atas pihak lain.
• Sering dikatakan bahwa kekuatan fisik (force) dan wewenang resmi (formal authority) merupakan dua sumber dari kekuasaan. Namun, wewenang formal dan kekuatan fisik bukan satu-satunya sumber kekuasaan. Memang dalam kenyataan, orang yang memiliki pengaruh politik atau keagamaan, dapat lebih berkuasa dari yang berwenang atau memiliki kekuatan fisik (senjata). Kekayaan (uang) atau kekuatan ekonomi lainnya juga merupakan sumber-sumber kekuasaan yang penting, sedangkan dalam keadaan-keadaan tertentu kejujuran, moral yang tinggi dan pengetahuan pun tak dapat diabaikan sebagai sumber-sumber suatu bentuk kekuasaan yang disebut wibawa.


KEWIBAWAAN

• Kewibawaan dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang memancar dari diri seorang karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya.

• Kewibawaan berasal dari kata-kata “kawi” dan“bahwa”. Kawi berarti kuasa, kekuasaan yang lebih, kelebihan. Dan bahwa berartikekuasaan, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Jadi kewibawaan berarti kelebihan,keunggulan, keutamaan, sehingga seseorang mampu mangatur, membawa,memimpin, dan memerintah orang-orang lain. Kartini Kartono (1990:105)

• Koentjaraningrat (1967: 181) menyatakan bahwa kepemimpinan itu membutuhkan kekuasaan dan wibawa.
• Karyadi (1977: 25) menyatakan bahwa pemimpin yang ideal adalah orang yang berkuasa dan memiliki wibawa serta mempinyai kemampuan memimpin yang baik terhadap semua lapisan dari lapangandimana nantinya ia akan bergerak.
• Kartini Kartono (1990: 31) menyatakan konsepsimengenai kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan 3 hal penting yaitu (1)kekuasaan, (2) kewibawaan, (3) kemampuan.
• Koentjaraningrat (Miriam Budiardjo, 1991: 238) menyatakan bahwa dalam masyarakat modern sekarang ini konsep kewibawaan berkembang karena popularitas, memiliki kapasitas rasional untuk memecahkan masalah sosial, ekonimi, dan politik, kecendekiawanan, dan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan dari sebagian warga masyarakatnya.

• Inti kepemimpinan ialah kepatuhan tanpa paksaan yang dilahirkan oleh kewibawaan pemimpin itu.
• Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu sebagi tumpuan kewibawaan yang dimilikanya dimata pengikutnya.
• Wewenang tanpa wibawa melahirkan pemimpin yang kurangampuh, sedangkan wibawa tanpa wewenang masih memiliki kepatuhan darimasyarakat yang dipimpin. Kalau seorang pemimpin kehilangan kewibawaannya, masyarakatnya berada dalam krisis kepemimpinan.
• Pengertian kewibawaan tidak dapat dipisahkan dari pengertian kekuasaan(power) dan wewenang (authority). Ketiganya saling berkaitan.
• Kekuasaan kadang-kadang mengandungkekerasan, namun bukan berarti kekuasaan adalah kekerasan, kakuasaan tidak perlumengandung kekerasan jika masalahnya dihubungkan dengan wibawa (gezag).
• Wibawa menimbulkan pada orang yang dihadapi rasa segan, bukan takut, rasahormat bukan kecut. Orang yang berwibawa mudah melaksanakan kehendaknya.
• Konsep kewibawaan dari waktu kewaktu terus berubah. Pada masyarakatkuno, kewibawaan memiliki sifat-sifat sesuai dengan cita-cita dan keyakinan sebagian besar warga masyarakatnya, kemudian dalam masyarakat yang sedang berkembang konsep kewibawaan berkembang lagi dengan kepandaian berburu, berkebun, bertani, ketrampilan berpidato, kemahiran berdiplomasi.
• Wibawa menandatangkan kapatuhan tanpa paksaan dari pihak lain kepatuhan seperti ini hanya dapat diperoleh jika kekuasaan itu selaras dengan nilai-nilai masyarakat. kewibawaan dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang memancar dari diri seorang karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya.


• Dalam menilai kemampuan penguasa dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin bagi orang-orang yang dikuasainya dapat dilihat dari kewibawaannya. Seseorang dapat dinilai kewibawannya setelah dia memiliki kedudukan dalam kekuasaan. Oleh karena itu, Kepemimpinan seorang penguasa tidak terlepas dari penilaian masyarakat tentang wibawanya sebagai pemimpin.
• Kewibawaan seseorang erat hubungannya dengan bagaimana dia melakukan tugas (duty) sebagai pemimpin. Seluruh perilaku, perkataan, tata cara dalam mengambil keputusan hingga dalam proses penyampaian keputusan merupakan hal-hal dasar yang diperhatikan oleh orang dalam menilai kewibawaan seorang pemimpin. Oleh karena itu, seorang pemimpin kerap mendapatkan penilaian yang berbeda-beda tentang kewibawaannya karena kewibawaan itu merupakan penilaian oleh masing-masing orang yang tidak dapat dijadikan menjadi sebuah kesimpulan bersama oleh masyarakat.
• Bagi sebagian orang, kewibawaan itu dinilai dengan melihat leading style atau gaya memimpin seseorang. Disini, perubahan-perubahan yang dibawa oleh seseorang pemimpin menjadi sorotan utama. Dalam memperhatikan gaya memimpin seorang pemimpin yang paling penting diperhatikan adalah apakah dia memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berbeda dengan cara-cara yang dikenal selama ini. Jadi penekanannya lebih kepada hal-hal baru yang dibawa seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.

Label: ,

posted by Lores Pardede at 08.02

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home