Lorong Estimasiku

Kamis, 25 September 2008

JOHN F. KENNEDY vs SYAIFUL JAMIL

JOHN F. KENNEDY
Tentang Gereja dan Negara

Karena saya seorang Katolik, dan belum pernah ada orang Katolik terpilih mejadi Presiden, isu-isu nyata dalam kampanye ini sudah dikaburkan – barang kali dengan sengaja di beberapa tempat yang kurang bertanggung jawab dibanding tempat ini. Maka jelas perlu bagi untuk sekali lagi menyatakan – bukan gereja seperti apa yang saya percaya, karena hal itu hanya penting bagi saya saja, tetapi Amerika seperti apa yang saya percayai.
Saya percaya pada Amerika di mana pemisahan antara gereja dan negara adalah mutlak – di mana tak seorang pun uskup Katolik akan berkata kepada Presiden (bila ia Katolik) bagaimana ia harus bertindak dan tak seorang pun pendeta Protestan akan berkata kepada para jemaahnya siapa yang harus mereka pilih – dan di mana tak seorang pun dihalangi untuk menduduki jabatan publik hanya karena agamanya berbeda dari agama Presiden yang mungkin mengangkatnya atau rakyat yang memilihnya.
Saya percaya pada Amerika yang secara resmi bukan negara Katolik atau Protestan atau Yahudi – di mana tak satu pun pejabat publik memohon atau menerima perintah tentang kebijakan publik dari Paus, Dewan Gereja Nasional, atau lembaga agama yang lain – di mana tidak ada lembaga agama yang berusaha memaksakan kemauannya secara langsung maupun tidak pada penduduk secara umum atau pada tindakan para pejabat publiknya – dan di mana kebebasan agama tidak bisa dibeda-bedakan sehingga sebuah tindakan terhadap satu gereja diperlakukan tindakan terhadap semuanya…

Inilah jenis Amerika yang saya percayai – dan inilah jenis Amerika yang saya bela di Pasifik Selatan dan jenis Amerika yang dibela mati oleh kakak saya di Eropa. Maka tak ada yang mengatakan bahwa kami mungkin mempunyai “kesetian terbelah”, bahwa kami tidak “percaya pada kebebasan”, atau bahwa kami termasuk golongan tidak setia mengancam “kebebasan-kebebasan yang diperjuangkan nenek moyang kita sampai mati”.
Dan sesungguhnya inilah jenis Amerika yang diperjuangkan nenek moyang kami sampai mati ketika mereka lari ke sini untuk menghindari sumpah uji agama, yang menolak jabatan publik bagi para anggota gereja yang kurang disukai, ketika mereka berjuang demi Konstitusi, Piagam Hak-Hak Azasi, Undang-Undang Kebebasan Beragama Virginia – dan ketika mereka berperang di tempat keramat yang saya kunjungi hari ini – benteng Alamo. Karena bahu-membahu dengan Bowie dan Crokett tewaslah Fuentes dan McCofferty dan Bailey dan Bedilla dan Carey – tapi tak ada yang tahu apakah mereka Katolik atau bukan. Karena tidak ada uji agama disana…
Saya tidak berbicara untuk gereja saja tentang hal-hal publik – dan gereja pun tidak berbicara untuk saya.

(source : Hak-Hak Rakyat, Melvin Urofsky, terj. Budi Prayitno, hal 12)


WAW!!!
Keren banget!!
Kagum banget waktu aku baca penggalan pernyataan JOHN F. KENNEDY ini. Pernyataannya sangat murni dan tegas. Penggarisan kekuasaan antara Negara dan Agama dibuatnya seolah-olah hal ini tidak akan bersinggungan dalam masa pemerintahannya. Memang aku gak tau bagaimana Kennedy menerapkannya daam kenyataannya, namun hal yang paling penting yang terlintas dalam pikiranku adalah berharap seorang Calon Pemimpin atau Pemimpin Indonesia dapat mengucapkannya untuk Indonesia. Makanya, aku berusaha menggubah Pernyataan Kennedy ini menjadi hal yang kuimpikan untuk diucapkan di Indonesia.


Here it is:


SYAIFUL JAMIL
Tentang Agama Islam Dan Negara Indonesia

Walaupun saya seorang Muslim, agama yang selama ini telah terpilih menjadi Presiden dan bahkan semua calon Presiden adalah Muslim, isu-isu nyata dalam kampanye ini mungkin tidak terlalu kabur – walaupun ada yang berpendapat bahwa Calon Presiden akan selalu seperti ini. Maka jelas perlu bagi saya untuk menyatakan – bukanlah masalah agama seperti apa yang saya percaya, karena hal itu hanya penting bagi saya saja, tetapi Indonesia seperti apa yang saya percayai saat dibentuk dahulu oleh para founding fathers kita.
Saya percaya pada kedaulatan negara Indonesia di mana pemisahan antara Agama dan Negara adalah mutlak – di mana tak seorang pun Ulama Islam akan berkata kepada Presiden (bila ia seorang muslim) bagaimana ia harus bertindak dan tak seorang pun ustad akan berkata kepada para jemaahnya siapa yang harus mereka pilih – dan di mana tak seorang pun dihalangi untuk menduduki jabatan publik hanya karena agamanya berbeda dari agama Presiden yang mungkin mengangkatnya atau rakyat yang memilihnya.
Saya percaya pada Indonesia yang secara resmi bukan negara Islam – di mana tak satu pun pejabat publik memohon atau menerima perintah tentang kebijakan publik dari Ulama, Ustad, atau lembaga Islam dan lembaga agama yang lain – di mana tidak ada lembaga agama yang berusaha memaksakan kemauannya secara langsung maupun tidak langsung pada penduduk secara umum atau pada tindakan para pejabat publiknya – dan di mana kebebasan agama tidak bisa dibeda-bedakan sehingga sebuah tindakan terhadap satu rumah ibadah diperlakukan sebagai tindakan terhadap semuanya.
Inilah jenis Indonesia yang saya percayai – dan inilah jenis Indonesia yang akan saya bela sampai saya mati. Maka tak ada yang mengatakan bahwa saya mungkin mempunyai “kesetiaan terbelah”, bahwa saya tidak “percaya pada ke-Bhinneka Tunggal Ika-an”, atau bahwa kami termasuk golongan yang tidak setia yang mengancam “perjuangan-perjuangan yang mencegah disintegrasi bangsa yang dilakukan para pejuang kedaulatan bangsa hingga tetes darah terakhir”.
Dan sesungguhnya inilah jenis Indonesia yang diperjuangkan para pejuang kita sampai mati ketika mereka melakukan pemberontakan terhadap penjajahan, yang menolak adanya perpecahan bangsa dengan isu SARA, yang menolak jabatan publik sebagai jalan memaksakan kehendak berbau SARA dan untuk korupsi, ketika mereka berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia – dan ketika mereka berperang dengan tombak bambu di seluruh pelosok tanah air. Karena persatuan dan kesatuan dari seluruh masyarakat Indonesia dalam memperjuangkan perebutan kemerdekaan, kita bisa menghentikan penjajahan – tapi tak ada yang tahu apakah mereka Islam atau bukan. Karena tidak ada pengelompokan agama dalam perjuangan ini.
Saya tidak berbicara dari sudut pandang Islam tentang hal-hal publik – dan Islam pun tidak berbicara untuk saya tentang kebijakan-kebijakan dalam memimpin Indonesia.


Aku langsung pilih Syaiful Jamil jadi Presiden Indonesia kalau dia ngomong gini.

yah.. walaupun masih harus dipertimbangkan dengan ideologi pancasila yang memiliki prioritas kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Tapi ini bicara soal idealisme seorang Presiden sejak Soekarno dulu,,

tetep..
HIDUP SYAIFUL JAMIL!!!! Hehehe…


Label:

posted by Lores Pardede at 22.22

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home